Sunday, June 8, 2008

Mereka Bilang,Saya Monyet

Jarang ada buku yang bagus bisa sama bagusnya saat di filmkan. Kadang2,masalahnya,cerita yang bagus belum tentu bisa divisualisasikan dengan baik juga.
Tadinya,saya pikir,itu yang akan terjadi waktu ,akhirnya inget, untuk nonton film ini.
Kenapa baru nonton sekarang ?.
Karena saya males nonton di bioskop ?.
Kenapa males ?.
Karena saya ga mau buang duit sekian puluh ribu,ngantri sekian lama,hanya untuk denger orang berisik,ketawa2 ga jelas, atau denger suara plastik makanan yang lebih ribut daripada sound system yang dolby itu. Apalagi untuk ngeliat orang2 yang,seakan,ga bisa cari tempat lain untuk making out,selain di bioskop.
I didn't pay to see or hear all that.
Jadi,saya mending nonton sendiri di rumah.
Walau mungkin telat,ga masalah. Saya ga suka nonton film yang lagi ditonton orang. Suka gampang terpengaruh.
Anyway..
sejak pertama kali baca tulisan2 Djenar, saya sudah langsung jatuh cinta sama dia.
Jatuh cinta sama ke'gelap'an cerita2 dia.
Her fucked up and twisted mind.
Her gusty words.
Dia dan Dewi Lestari itu special buat saya.
Dengan cara2 yang berbeda.

Photobucket



Dan,di film ini,saya lumayan puas.Dua cerpen , " Lintah " dan " Melukis Jendela ",bisa divisualisasikan dengan baik lewat film ini.Pemilihan pemain,hampir bisa dibilang sempurna.
Kenapa hampir ??.
Karena saya merasa sedikit terganggu dengan dua orang cewe yang jadi temen2nya Adjeng (Ayu Dewi dan Fairuz Faisal ).
Kenapa harus maksain make pemain yang ,emang,udah sering maen sinetron tapi aktingnya kae' begitu ?.
Mending juga pake yang baru tapi berkualitas.Apalagi itu,yang rambutnya kriting2 dadu.
I couldn't tell if she was being a gothic-bitch,a bitch, or just some girl who wore the wrong make-up when she walks out the door everyday.
Titi Sjuman,misalnya.
I think she played well,for a first timer.
Intinya,dua wanita yang jadi temen2 dia itu,MENGGANGGU saya.
Henidar Amroe,excellent !.
Dia berhasil membuktikan kalo karakter kejam itu gak harus selalu melotot2 kae' orang cacingan dan disorot dari 1001 angle sampe yang nonton mabok darat.Dan kalau situasi2 dilematis itu bisa tetap diekspresikan tanpa harus jadi orang gila atau kena kecelakaan yang mengakibatkan dia hilang ingatan.
Ray Sahetapi,ya begitulah.
Peran dia juga biasa2 aja.Dan dia pun memainkannya dengan "biasa" juga.Yah,kecuali saat dia nelfon Adjeng dengan nada manja2 minta kena sambit itu.
Hahahaah...dapet banget tuh,karakter pria yang gak bisa setia sama istrinya dan selingkuh ama wanita lain.Mungkin bedanya,di film ini,istrinya ga dicere'in.
* gubrak *
Dan,kenapa ya,kostum Ray Sahetapi kok,kae'nya itu2 mulu yak ?.
WARDROBEEE !!!!.
Jajang.C.Noer ?.
Anjrit,walau cuma sekilas dan berperan sebagai PRT,tapi teuteup, you can not fake quality.
Endingnya,sedikit mengejutkan.
Mengejutkan,bukan karena endingnya beda dari bukunya,tapi karena ternyata,pada saat film hampir berakhir,ternyata si karakter a.k.a Adjeng baru mulai menulis cerpennya.

Jadi,kalo buat saya,pribadi,saya suka filmnya. Ga se'intens kalo kita baca ceritanya sih memang. Tapi ya itulah bedanya bacaan dengan tontonan.
Kadang2 efek dari yang dibaca,bisa lebih hebat daripada yang ditonton.
Karena,kalo 'mbaca,pengertiannya bisa berbeda2.Tergantung imajinasi orang yang 'mbaca.
Kalo nonton, ya... kita tinggal nonton.
Kalo pun berimajinasi,ga sehebat waktu ngebaca.
* kecuali nonton bokep *.

Oh iya,hampir lupa.
Satu lagi yang cukup mengganggu saya adalah,sebutan Adjeng untuk ibunya.
Kenapa harus MOMMY ?.
Dan nyebut," Mom " nya itu kok.....janggal ya ?.
Kenapa bukan,"Ma" atau " Mam " atau " Mi " ,gitu ?.

Ah,tapi saya tetep cinta Djenar.
I can relate do Adjeng's character.
Tapi mudah2an,saya nggak berakhir se'kacau' Adjeng.
Hehe.

No comments: